Jumat, 12 November 2010

No. 18/MC.TDBM/11/2010



SIARAN PERS
No. 18/MC.TDBM/11/2010

HERU LELONO: PENANGGULANGAN BENCANA MERAPI SAAT INI FOKUS TANGGAP DARURAT

Yogyakarta (12/11/2010, 20:00 PM) Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Komunikasi, Heru Lelono, menyatakan bahwa saat ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) fokus pada tahap tanggap darurat, yaitu berusaha menyelamatkan nyawa sebanyak-banyaknya dari ancaman letusan Gunung Merapi.

“Saat ini adalah tahap tanggap darurat, sedangkan tahap rekonstruksi dan rehabilitasi akan dilaksanakan setelah tahap tanggap darurat selesai dan status Awas Gunung Merapi diturunkan, serta ancaman dari terjadinya letusan Gunung Merapi sudah tidak ada lagi,” katanya dalam dialog di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi di Yogyakarta, Jumat (12/11), yang disiarkan langsung oleh RRI 100,2 FM.

Menurutnya, acaman letusan Merapi saat ini bukan hanya lontaran batu pijar, pasir panas, awan panas dan abu vulkanik saja, namun juga gelombang lahar dingin melalui beberapa aliran sungai yang ada di lereng Merapi.

Karena itu, katanya, masyarakat yang saat ini masih ada di dalam radius 20 km dari puncak Merapi harus segera ke luar  dan berada dalam radius aman sesuai yang direkomendasikan Kepala Badan Vulkanologi dan Geologi, Dr Surono, yang menyatakan bahwa radius aman saat ini adalah di luar radius 20 km dari puncak Merapi.

Ia membenarkan pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X yang menyatakan bahwa masyarakat di lereng Merapi harus berada di luar radius 20 km dari puncak Merapi yang merupakan daerah aman. “Benar bahwa Kota Yogyakarta sangat aman, kecuali wilayah di dalam radius 20 km dari puncak Merapi,” katanya.

Ia meyakinkan bahwa pemerintah telah menyiapkan diri untuk melaksanakan proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca-letusan Merapi setelah nanti diperoleh data selengkapnya mengenai daerah terdampak.

Daerah Bencana

Pada kesempatan itu Heru Lelono juga menyatakan bahwa kini terbukti Indonesia adalah merupakan daerah bencana, karena beberapa wilayah secara bergantian mengalami bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir, tsunami dan meletusnya gunung berapi. “Paling tidak saat ini terdapat 19 gunung berapi di Indonesia yang sangat aktif dan memerlukan kewaspadaan tinggi,” katanya.

Selain itu, terbukti juga bahwa saat ini telah terjadi iklim ekstrim di dunia, termasuk melanda Indonesia, indikatornya adalah terjadinya hujan terus menerus sejak Januari 2010 lalu. Hal ini sangat mungkin terjadi karena semakin panasnya bumi yang mengakibatkan mencairnya gunung es di daerah kutub dan naiknya permukaan laut.

Dengan demikian, katanya, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah dan rakyat Indonesia, selain mempersiapkan diri menghadapi segala ancaman bencana, termasuk membeli peralatan early warning system dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.




Polri Harus Usut SMS Yang Meresahkan
Heru Lelono juga meminta Kepala Polri dan jajarannya mengusut orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan informasi bohong melalui SMS sehingga menimbulkan keresahan masyarakat, pengungsi. “Diperlukan ketegasan polisi untuk mengusut dan menindaknya secara hukum,” katanya.

Ia mendukung sepenuhnya langkah Kementerian Kominfo RI yang membangun layanan SMS Broadcast dan melengkapi peralatan informasi dan komunikasi di beberapa posko pengungsi, baik di DIY maupun di Jawa Tengah, sehingga masyarakat dan pengungsi lebih mudah memperoleh informasi.

“Sangat strategis juga Kemenkominfo RI dan BNPB membangun Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi di Yogyakarta, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan,” katanya.

Menurutnya, BNPB telah bekerja keras untuk melakukan tahap tanggap darurat bencana Merapi, termasuk membangun peralatan early warning system di beberapa sungai di lereng Merapi, hal ini karena masih besarnya ancaman sekunder berupa gelombang lahar dingin melalui sungai yang ada di lereng Merapi.

“Ini sebuah kerja besar BNPB yang didukung pemerintah daerah di DIY dan Jateng, TNI dan Polri serta para relawan, karena itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan dukungan dan kerja sama seluruh masyarakat dalam menanggulangi bencana Merapi,” kata Heru Lelono
_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0815 9926 781

Kontak         : Sukosono, Badan Informasi Publik Kementerian Kominfo
Hp               : 081218056690

No. 17/MC.TDBM/11/2010




SIARAN PERS
No. 17/MC.TDBM/11/2010

HINGGA JUMAT SIANG AKTIVITAS MERAPI TETAP TINGGI

Yogyakarta, 12/11 (Media Center Kominfo) Berdasarkan pengamatan dan pemantauan secara instrumental dan visual yang dilakukan pada hari Jumat (12/11) pukul 00:00 hingga 12:00 WIB, erupsi masih berlangsung meski dengan intensitas yang menurun.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi, Badan Badan Geologi, Kementerian Energi Sumberdaya Mineral RI di Yogyakarta, Jumat (12/11) siang, sejak Jumat dinihari hingga Jumat siang pukul 12.00 WIB, tidak terjadi gempa vulkanik, tidak seperti hari Rabu (10/11) dan Kamis (11/11) yang terjadi gempat vulkanik masing-masing lima kali dan satu kali.

Namun gempa tremor terus terjadi secara beruntun, sama seperti dua hari sebelumnya, demikian juga intensitas guguran tetap terjadi selama 10 kali, menurun dibanding Kamis (10/11) yang terjadi guguran sebanyak 17 kali. Awan panas sama sekali tidak terlihat, sedangkan gempat tektonik pada hari Jumat terjadi dua kali, dengan pusat gempa di daerah Ambon.







Perbandingan aktivitas Gunung Merapi dalam tiga hari terakhir:


 No

Jenis Gempa
Rabu,
10 November 2010
Kamis, 11 November 2010
Jumat,
12 November 2010
00.00-24.00 WIB
00.00-24.00 WIB
00.00-12.00 WIB
1
Vulkanik
5
1
-
2
MP
-
-
-
3
LF
-
-
-
4
Tremor
Beruntun
Beruntun
Beruntun
5
Guguran
9
17
10
6
Awan panas (AP)
1
1
-
7
Tektonik
-
-
2

Menurut Surono, secara visual, berdasarkan laporan dari Pos Ketep, cuaca cerah di seputar Merapi cerah hingga siang, sehingga terlihat asap berwarna putih dan coklat ke luar dari puncak Gunung Merapi menuju ke arah selatan, barat, barat daya, hingga barat laut dengan ketinggian mencapai 1.000 meter, namun dengan tekanan yang lemah.

Suara dengan intensitas lemah hingga sedang masih terdengar dari daerah Kaliurang. Masih tejadi hujan abu tipis di Jalan Ring Road Barat Yogyakarta pada pukul 09:50 WIB dan 11:34 WIB, katanya.

Gempa tektonik dengan kekuatan 5,8 SR dengan pusat gempa di Laut Banda, sejauh 375 km di bagian tenggara Ambon, dengan kedalaman 151,2 km pada pukul 11:14 WIB, meski sejauh ini belum memengaruhi aktivitas Gunung Merapi.

Secara umum endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi dari arah tenggara, selatan, barat daya, barat, hingga barat laut, meliputi Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Tringsing, dan Kali Apu.

Lahar di Kali Boyong telah terendapkan di Dusun Kardangan, Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman yang berjarak 16 km dari puncak Gunung Merapi. Lahar di Kali Kuning telah mengisi penuh Jembatan Sidorejo di Dusun Sidorejo, Desa Hargobinangun, yang berjarak 9,5 km dari puncak Merapi. Sedangkan di alur Kali Gendol, lahar telah mengisi penuh dam di Dusun Morangan, Desa Sindumartani, yang berjarak 16,5 km dari puncak Merapi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemantauan instrumental dan visual pada 12 November 2010 dari pukul 00:00 WIB sampai dengan pukul 12:00 WIB, menurut Surono, aktivitas Gunung Merapi masih tetap tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka status aktivitas Gunung Merapi tetap pada tingkat Awas. Ancaman bahaya Gunung Merapi pada kondisi saat ini dapat berupa awan panas dan lahar.

Rekomendasi

Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi dan status yang masih ditetapkan pada level Awas, maka Badan Geologi, Kementerian ESDM merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Agar dilakukan penyelidikan abu gunung api yang dapat berpotensi mengganggu jalur penerbangan dari dan ke Lapangan Udara Internasional Adisucipto di Yogyakarta.

2. Tidak ada aktivitas penduduk di daerah rawan bencana III, khususnya yang bermukim di sekitar alur sungai (ancaman bahaya awan panas dan lahar) yang berhulu di Gunung Merapi sektor tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut dalam jarak 20 km dari puncak Gunung Merapi, meliputi Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Trising, dan Kali Apu.

3. Segera memindahkan masyarakat yang masih berada di permukiman di lereng Merapi ke tempat yang aman di luar radius 20 km dari puncak Gunung Merapi.

4. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari pemerintah kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.

5. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awan panas, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.

6. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar yang mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi, dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0815 9926 781

Kontak         : Sukosono, Badan Informasi Publik Kementerian Kominfo
Hp               : 081218056690

No. 09/MC.TDBM/11/2010



SIARAN PERS
No. 09/MC.TDBM/11/2010

DRS SUBANDRIYO: PROSES ERUPSI MERAPI BELUM SELESAI


Yogyakarta, 11/11 (Media Center Kominfo) - Kepala Balai Penyuluhan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Energi (ESDM) Drs Subandriyo, M.Si mengatakan, dari pemantauan selama empat hari terakhir, proses erupsi Gunung Merapi belum selesai.

Menurut Subandriyo di Kantor Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi di Yogyakarta, Kamis, kenyataan bahwa proses erupsi Gunung Merapi belum selesai bisa dilihat dari berbagai indikator, yaitu adanya hembusan gas yang masih kuat, warnanya yang pekat, masih terjadinya awan panas, dan masih terus terjadi guguran lava pijar.

Ia mengaku tidak bisa memprediksi dengan tepat apakah Gunung Merapi akan meletus lagi atau tidak, namun ia membenarkan bahwa Gunung Merapi masih sangat berbahaya dan sewaktu-waktu bisa saja terjadi letusah yang tidak bisa diduga sebelumnya.

“Namun diharapkan indikator yang lebih jelas dapat dilihat beberapa hari kemudian, misalnya, apakah letusan Merapi sudah melewati puncaknya atau masih akan ada lagi letusan lain,” katanya.

Subandriyo mengatakan bahwa pihaknya masih memerlukan waktu untuk melakukan pemeriksaan dan analisa data dari berbagai indicator yang ada, meskipun dengan material yang sudah dikeluarkan selama proses erupsi yang mencapai 130 juta meter kubik lebih menunjukkan bahwa bahan material yang dikeluarkan itu merupakan jumlah terbesar yang pernah diletuskan oleh sebuah gunung berapi pada abad 19 dan 20.

“Artinya, jika statusnya masih awas, maka tidak boleh ada warga yang melanggar ketentuan, dan rekomendasinya juga tetap, masyarakat harus berada di wilayah aman, yaitu di luar radius 20 km. Nanti setelah kami melakukan pengawasan dan evaluasi, serta dianggap sudah layak dan tidak berbahaya bagi masyarakat, maka statusnya pasti akan diturunkan, dan masyarakat bisa kembali ke daerahnya,” katanya.
_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Hp               : 0815 9926 781

No. 08/MC.TDBM/11/2010



SIARAN PERS
No. 08/MC.TDBM/11/2010

Dr SURONO: PENGUNGSI MERAPI DIMINTA BERSABAR DAN TIDAK PANIK


Yogyakarta, 11/11 (Media Center Kominfo) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Surono meminta seluruh warga di daerah terdampak bencana letusan Gunung Merapi, baik di wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk tetap bersabar menunggu perkembangan aktivitas Merapi dalam beberapa hari ke depan.

“Warga diminta untuk tetap berada di posko pengungsian, tidak mencoba-coba untuk kembali ke tempat tinggalnya dalam radius 20 km dari puncak Merapi, karena meskipun intensitas letusan Gunung Merapi cenderung menurun, namun tetap fluktuatif, dan letusan eksplosif serta awan panas masih berpotensi terjadi setiap saat,” kata Kepala Pusat  Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Dr Surono di Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi, Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, pada hari Rabu (10/11) lalu, Gunung Merapi mengeluarkan semburan awan panas (wedhus gembel) yang mencpai ketinggian sekitar 800 meter dan penyebaran mencapai 1,5 km, dan aktivitas itu menyebabkan terjadinya hujan abu vulkanis di wilayah Sawangan, Talun, Muntilan, dan Krinjing di Kabupaten Magelang.   Gunung Merapi juga masih mengeluarkan suara gemuruh, dan endapan awan panas juga terlihat jelas di Kali Gendol dengan jarak luncur sekitar 3,5 km dari puncak Merapi.
Dengan kondisi demikian, kami meminta warga di wilayah terdampak letusan Gunung Merapi tetap bersabar, tidak memasuki radius bahaya 20 km dari puncak Merapi, apalagi mendekati wilayah di sekitar 300 meter di kiri dan kanan sungai,” kata Dr Surono.

Menurutnya, Status Awas Gunung Merapi tetap dipertahankan, dan warga diminta tetap bertahan di pengungsian, dan ia menjamin wilayah di luar radius 20 km sekitar Merapi sangat aman. Menurutnya, masyarakat pengungsi harus bersabar setelah selama kurang lebih empat tahun ini Merapi kembali mengalami letusan setelah tanggal terakhir tahun 2006.

Surono juga meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), khususnya satuan kerja yang bertanggung jawab dalam kegiatan evakuasi pengungsi dan pengelolaan barak pengungsi, untuk  tetap berhati-hati dalam melakukan berbagai langkah.

“Tim Satgas Evakuasi Pengungsi Merapi BNPB harus tetap waspada saat melakukan evakuasi pengungsi atau saat mengamankan wilayah permukiman yang ditinggalkan pengungsi dalam radius 20 km, jangan sampai niat baik untuk menyelamatkan pengungsi dan pengamanan wilayah itu justru lupa menjaga keselamatan diri dan menjadi korban,” katanya.

Abu vulkanik tebal yang menyelimuti daerah terdampak letusan Gunung Merapi masih sangat berbahaya, kata Surono, karena di dalamnya masih terdapat abu vulkanik yang panasnya mencapai 300 derajat celcius, dan itu sangat berbahaya bagi para penyelamat dan relawan.

_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Hp               : 0815 9926 781

No. 07/MC.TDBM/11/2010



SIARAN PERS
No. 07/MC.TDBM/11/2010

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI PAGI INI MENURUN

Yogyakarta (12/10/2010, 09:25 PM), Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Selasa 11 November 2010, Pukul 06.00 WIB, status Gunung Merapi sampai saat ini masih tetap awas dengan ancaman berupa awan panas dan lahar dingin.

Intensitas aktivitas Gunung Merapi pagi ini menurun, terpantau tidak ada satu kalipun gempa vulkanik, guguran terjadi sebanyak 7 kali, awan panas sekali dengan tremor yang masih terus beruntun. Gempa tektonik tidak terjadi hingga Kamis pagi ini.

Selama pagi hari ini hanya suara gemuruh dengan intensitas lemah yang dikeluarkan oleh gunung Merapi, hujan abu ringan terjadi pada pukul 02:10 WIB dan pukul 06:15 WIB. Pukul 03:00 WIB terlihat asap condong kea rah Barat Laut setinggi 700 meter dari puncak Merapi. Asap berwarna hitam kecoklatan bertekanan kuat setinggi 800 m juga terlihat pada pukul 05:00 WIB. Awan panas dengan jarak luncur 3 Km ke arah Kali Gendol pada pukul 05:20 WIB teramati dari CCTV yang di pasang di Deles. Secara umum endapan lahar telah teramati di seluruh sungai yang berhulu di puncak Merapi.





Secara umum Badan geologi tetap merekomendasikan agar warga segera diungsikan di luar radius 20 Km dari puncak Merapi, dan meminta agar warga tidak cepat panik menghadapi isu-isu miring yang beredar mengenai situasi gunung berapi.
_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0815 9926 781

No. 06/MC.TDBM/11/2010



SIARAN PERS
No. 06/MC.TDBM/11/2010

SEKJEN KEMKOMINFO KUNJUNGI MEDIA CENTER TANGGAP DARURAT BENCANA MERAPI

Yogyakarta, 10/11 (Media Center Kominfo, 16:28) - Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Yusuf Basuki Isjkandar melakukan kunjungan mendadak ke Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi di Yogyakarta, Rabu (10/11) untuk melihat kesiagaan media center dalam melayani para wartawan dan dalam penyebaran  informasi mengenai perkembangan aktivitas Gunung Merapi dan pelaksanaan tanggap darurat yang dilaksanakan oleh Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pada kesempatan itu Basuki juga melakukan pertemuan dengan Kepala BNPB Syamsul Maarif dan melakukan koordinasi dalam upaya penguatan peran Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi dalam menyebarluaskan informasi secara cepat, tepat dan akurat ke seluruh media massa dan masyarakat pada umumnya.
Basuki menjelaskan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika RI juga berupaya melakukan  penguatan sarana komunikasi dan informasi bagi masyarakat pengungsi yang menjadi korban letusan Gunung Merapi sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka di manapun dan memperoleh informasi tentang perkembangan aktivitas Gunung Merapi secara mudah dan gratis.
Pada kesempatan itu Kepala BNPB meminta kepada Kementerian Kominfo untuk memperkuat media center dengan beberapa tenaga yang bisa mengumpulkan informasi akurat secara cepat tentang perkembangan aktivitas Gunung Merapi dan kegiatan tanggap darurat yang dilakukan BNPB serta disebarkan secara cepat kepada seluruh media maassa dan masyarakat luas.
“Media Center Kominfo Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi harus bisa menyebarluaskan informasi tentang perkembangan aktivitas Gunung Merapi dan seluruh kegiatan yang dilakukan BNPB dan seluruh jajarannya ke seluruh media maassa dan masyarakat, karena masyarakat berhak mengetahui informasi yang akurat, benar dan konprehensif tentang penanganan bencana Gunung Merapi ini,” kata Syamsul Maarif.
Sekjen Kementerian Kominfo mengatakan, selama ini informasi yang disiarkan oleh media massa kurang lengkap, hal itu karena adanya keterbatasan wartawan peliput dalam mencari informasi sebanyak-banyaknya di medan yang cukup luas dan tersebar di Provinsi DIY dan beberapa daerah di Jawa Tengah.
“Ke depan kami akan memperkuat media center sehingga dapat melayani wartawan untuk memperoleh informasi secara cepat, akurat dan lengkap, serta menyiapkan perangkat komunikasi dan informasi di barak-barak pengungsian sehingga para pengungsi bisa melakukan hubungan dengan saudara-saudaranya di tempat lain serta memperoleh informasi yang benar dan tepat mengenai perkembangan situasi Gunung Merapi,” kata basuki.
Sementara itu Sekretaris Badan Informasi Publik Kementerian Kominfo RI Supomo menjelaskan bahwa mulai hari ini telah dimulai siaran radio komunitas dan siaran RRI selama 24 jam yang khusus memberitakan semua kegiatan penanggulangan bencana Gunung Merapi oleh BNPB serta perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Supomo juga mengatakan, mulai Rabu (10/11) Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi di Yogyakarta melakukan kegiatan jumpa pers dengan para wartawan dua kali dalam satu hari, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan pukul 15.00 WIB di Gedung Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi di Jalan Kenari No. 14 A, Yogyakarta.
_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Hp               : 0815 9926 781

No. 05/MC.TDBM/11/2010



SIARAN PERS
No. 05/MC.TDBM/11/2010

KEMENSOS KERAHKAN BANTUAN BAGI KORBAN BENCANA MERAPI


Yogyakarta, 10/11 (Media Center Kominfo, 16:28) - Jumlah pengungsi korban letusan Gunung Merapi di wilayah DIY dan Jateng saat ini mencapai  320 .090 orang. Namun demikian jumlah itu bukan merupakan data tetap karena ada kumpulan pengungsi spontan yang tersebar di berbagai tempat (tidak terkosentrasi), demikian Kementerian Sosial RI dalam penjelasannya di Media Center Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi, Yogyakarta, Rabu.

Menurut Direktur Bantuan Sosial Korban Bencana Alam (BSKBA) Kementerian Sosial RI Andi Hanindito, dalam releasenya, Rabu (10/11), menjelaskan, bahwa jumlah pengungsi sebanyak itu tersebar masing-masing di Sleman 53.669 orang, Klaten 99.293 orang, Boyolali  66.163 orang, Magelang 91.168 orang, Kota Magelang 3.609 orang, Purworejo 440 orang, Wonosobo 100 orang, dan Kendal 85 orang.
Sedangkan jumlah korban meninggal dunia akibat bencana letusan Gunung Merapi, menurut catatan Kementerian Sosial RI, hingga Rabu tercatat 144 orang, dan korban yang diduga hilang atau belum ditemukan mencapai 143 orang.
Kementerian Sosial RI dalam tanggap darurat bencana Gunung Merapi itu melakukan berbagai kegiatan, yaitu:
1.    Distribusi barang bantuan logistik, permakanan, pakaian dan kebutuhan dasar lain yang disalurkan melalui posko utama dan tim korlap di tingkat provinsi masing-masing (DIY dan Jateng),
2.    Pelayanan dapur umum lapangan di semua titik pengungsian di wiayah provinsi DIY dan Jateng,
3.    Pelayanan sosial dengan membangun Pondok Ceria Anak, yaitu di wilayah DIY di tujuh titik pengungsian dan empat  titik pengungsian di Klaten; kemudian memberikan 28 paket Recreational KIT dan sembilan paket Psikosial KIT yang dilakukan oleh 63 petugas dari Satuan Bakti Pekerja Sosial, 51 pekerja Trauma Healing terlatih, 47 anggota TRC dari panti-panti sosial yang ada di wilayah DIY dan Jateng, serta didukung 83 relawan pendamping dari berbagai orsos, forum lembaga sosial masyarakat dan mahasiswa,
4.    Kegiatan evakuasi korban dan bantuan komunikasi,
5.    Pengerahan personil Tagana sebanyak 1.340 orang dari Provinsi DIY, Jateng, Jatim, Jabar, DKI, Gorontalo, Banten, Sulsel, NTB, Sumut, Jambi dan Riau, dengan tugas sebagai tim evakuasi, logistik dan bantuan komunikasi.
6.    Kemensos juga telah membuka Posko Kemensos RI di Jalan Veteran, Yogyakarta, sedangkan nomor hotline  yang bisa dihubungi di Kemensos RI di Jakarta adalah: 021-3108000/021-3108146,
Kementerian Sosial RI juga telah menyerahkan bantuan tunai langsung kepada Bupati Sleman sebesar Rp: 500 juta pada 26 Oktober 2010 dan sebesar Rp 500 juta kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY.
Kemensos RI juga mengirimkan bantuan berupa bahan makanan dan barang kebutuhan pengungsi seperti tenda, tikar, matras, dan kebutuhan lainnya senilai Rp 10.642.6 1 0.530 sejak 22 Otkober 2010 dan terakhir dikirimkan 5 November 2010 lalu.
Secara keseluruhan, jumlah bantuan hingga 9 November 2010 yang dilakukan Kemensos RI dalam kaitan dengan bantuan kemanusiaan akibat meletusnya Gunung Merapi diperkirakan senilai Rp  41.878.286.610.
_________
Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Hp               : 0815 9926 781

No. 04/MC.TDBM/11/2010


SIARAN PERS
No. 04/MC.TDBM/11/2010

BNPB DIRENCANAKAN RAPAT DENGAN KOMISI VIII DPR RI

Yogyakarta, 10/11 (Media Center Kominfo) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif dan staf pada Rabu (10/11) siang akan melakukan rapat dengan pimpinan dan anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di Gedung Media Center Tanggap Darurat Gunung Merapi, Yogyakarta. “Hanya rapat koordinasi, sekaligus kami ingin mendapat masukkan dari anggota dewan yang terhormat,” kata Syamsul.

Komisi VIII DPR RI sebelumnya telah membentuk tiga tim untuk melakukan pengawasan penanggulangan bencana letusan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang masing-masing mengunjungi tiga lokasi yang berbeda.  Tiga tim yang dibentuk Komisi VIII DPR RI itu hari Rabu (10/11) pagi telah berangkat dari Jakarta menuju Semarang dan selanjutnya akan melihat beberapa posko pengungsi di Sleman, Klaten dan Magelang, serta melakukan rapat koordinasi dengan BNPB dan bertemu dengan pemerintah daerah setempat dan pihak terkait lainnya.

Tim yang dibentuk Komisi VIII DPR akan melihat langsung kondisi pengungsi korban letusan Gunung Merapi di beberapa posko dan akan melihat langsung proses evakuasi terhadap korban meninggal dunia maupun evakuasi terhadap korban selamat.

BNPB pada rapat dan dialog dengan pimpinan dan Komisi VIII DPR RI akan menjelaskan sejauhmana yang telah dilakukan selama ini dan rencana antisipasi sesuai perkembangan aktivitas Gunung Merapi.

Tiga tim Komisi VIII DPR itu adalah Tim A yang dipimpin Ketua Komisi VIII Abdul Kadir Karding dan anggotanya Oheo Sinapoy, Zulkarnaen Jabbar, Inna Amania, Saifudin Donojoyo, serta didampingi Iin Kandedes (tenaga ahli). Tim B dipimpin Wakil Ketua Komisi VIII Gondo Radityo Gambiro, anggotanya Adji Farida Padmo, Inggrit M Palupi Kansil, Manuel Kaisepo, A Rubai, Iskan Lubis, didampingi Suratman (tenaga ahli). Tim C dipimpin Arwani Thomafi, anggotanya Anita Jacoba Gah, Rukmini Buchori, Dewi Coryati, H Humaid, Abdul Rozak Rais.

Pada pukul 16.00 WIB di Media Center Tanggap Darurat Gunung Merapi, Yogyakarta, Kepala BNPB dijadwalkan akan mengadakan rapat evaluasi dan rapat koordinasi dengan Gubernur DIY dan Gubernur Jawa Tengah, Pangdam Diponegoro  dan Kapolda DIY dan Kapolda Jateng.
_________


Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0815 9926 781

No. 03/MC.TDBM/11/2010





SIARAN PERS
No. 03/MC.TDBM/11/2010

PERKEMBANGAN ANCAMAN BENCANA MERAPI DAN PENANGANAN SECONDARY IMPACT

Yogyakarta, 10/11 (Media Center Kominfo) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr. Syamsul Maarif, MSI menyatakan bahwa BNPB telah mengantisipasi secondary impact dari bencana Gunung Merapi. “Kami sudah mengambil langkah antisipasi kemungkinan banjir lahar yang datang dari hulu,’’ katanya. Hingga pagi ini, 10 November 2010, sejumlah langkah telah dilakukan, antara lain dengan melakukan pengerukan di Kali Code. “Pengerukan ini untuk memperlancar aliran sungai dan mengangkat pasir-pasir yang berasal dari muntahan Merapi,’’ dan meyiapkan recana kontingensi.

Sementara itu, batuan besar muntahan Gunung Merapi tampaknya sebagian berhasil tertahan di dam sabo yang terdapat di hulu Sungai Gendol, Sungai Kuning, Sungai Boyong, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng. Di sejumlah sungai di kawasan lereng Merapi ada sekitar 200 dam sabo yang berfungsi sebagai penahan luncuran material vulkanik dalam bentuk lahar dingin.

Sebagai antisipasi dampak luapan lahar dingin tersebut, warga yang berada di tepi sungai diminta untuk tetap menjaga jarak minimal 500 meter dari pinggiran sungai.
Guna memastikan pelaksanaan pengerukan, Kepala BNPB Syamsul Maarif  terjun langsung sejak pagi hari meninjau pekerjaan pengerukan di Kali Code. Setelah itu, ia meninjau sejumlah titik-titik pengungsian sementara (TPS) maupun tempat pengungsian akhir (TPA) di wilayah Kabupaten Bantul.

Hingga hari ini telah dilaporkan jumlah korban meninggal tercatat 151 korban jiwa (135 di Jawa Tengah dan 16 di Yogyakarta), luka-luka yang dirawat inap sebanyak 382 orang, jumlah pengungsi 320.090 (59.232 berasal dari Yogyakarta dan 260.858 dari Jawa Tengah).

Sementara itu telah diterima bantuan kemanusiaan ESDM yang mengkoordinir perusahaan energi dan pertambangan di Indonesia. Bantuan berupa dana tunai sebesar $100.000 yang akan ditransfer ke rekening khusus BNPB dan bantuan lainnya berupa layanan distribusi air bersih dan MCK yang akan dipasang segera.
_________

Kontak         : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0815 9926 781