Selasa, 16 November 2010

No. 35/MC.TDBM/11/2010

SIARAN PERS
No. 35/MC.TDBM/11/2010

DR SURONO: HADAPI MERAPI DENGAN STRATEGI DAN HAPPY ENDING
Yogyakarta, 16/11/2010 (Media Center Kominfo, 18:00) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Doktor Surono mengatakan, menghadapi bencana letusan Gunung Merapi perlu dengan strategi, guna mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak.
“Menghadapi ini, kita marathon bukan sprint. Kita harus mengatur strategi dan energi. Saya inginkan nanti agar terjdi happy ending dari kegiatan aktifnya Merapi,” ujarnya kepada wartawan di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi di Jalan Kenari 14a di Yogyakarta, Selasa (16/11).
Menurut Surono, yang dijuluki sebagai Dokter Gunung ini, aktifitas Gunung Merapi masih sangat perlu untuk diwaspadai meskipun zona aman radius 20 Km dari puncak Merapi telah bergeser menjadi 10-15 Km diberbagai daerah kabupaten di lereng Merapi.
Di jelaskan, saat ini kegiatan Merapi jika dilihat secara grafik bukan menurun. Meskipun terlihat seperti diam namun secara aktifitas justru meningkat.
Sejak 11 November tercatat aktifitasnya yang hanya satu kali, meningkat secara berturut-turut sebanyak 6 kali di 12 November, 26 kali di 13 November, 31 kali di 14 November dan 34 kali di 15 November.
“Merapi itu diam-diam menghanyutkan. Sewaktu-waktu bisa tak terduga aktifitasnya,” katanya.
Menurutnya, Merapi hingga saat ini terus meletus hanya saja dari arah Selatan, sehingga dari Yogyakarta tidak dapat diamati secara visual. Namun aktifitas Merapi dapat diamati dan dirasakan dari wilayah sekitar barat atau timur khusunya di Kabupaten Muntilan dan Magelang.
Kondisi Merapi sampai saat ini masih dalam status Awas. Tremor atau getaran dari aktifitas Gunung Merapi masih meningkat. Menurunkan status Awas menjadi waspada tidak mudah karena perlu ketajaman analisa, keyakinan dan perhitungan berdasarkan data yang diamati.
“Penentuan status Merapi hampir sama seperti dokter. Diperiksa denyut jantungnya, tekanan darahnya, mulut, mata dan lainnya. Semua parameter itu ada”.
Diperlukan penilaian yang tepat bagaimana mencermati aktifitas Merapi seperti melembungnya, cepat lambat mengeluarkan letusannya, berapa tekanan gasnya, dan lain-lain.
Karena itu, Surono mengaku, lebih baik menentukan status Awas meskipun tidak meletus atau sama sekali tidak meletus daripada menentukan status waspada namun tanpa diduga Merapi justru meletus setelah melihat aktifitas Merapi seperti tenang padahal belum.
 Hal ini akan mengakibatkan jatuhnya korban yang lebih banyak karena disaat itu masyarakat yang mengira sudah tenang akan mengalami kepanikan yang tinggi dan proses evakuasinya pun tidak siap.
“Oleh karena itu pantauan visual itu bukan jaminan bahwa aktiftas menurun. Jadi masyarakat bersabarlah. Karena itu maunya Merapi jadi harus dituruti”.
_________

Kontak          : Hartje Winerungan, Kabid Humas BNPB
Telepon        : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0815 9926 781

Kontak          : Selamatta Sembiring, Badan Informasi Publik Kementerian Kominfo
Hp               : 08128334942

Tidak ada komentar:

Posting Komentar