Rabu, 01 Desember 2010

No. 107/MC.TDBM/11/2010


SIARAN PERS
No. 107/MC.TDBM/11/2010

2.907 PETANI AKAN TERIMA TERNAK BANSOS

Yogyakarta, 01/12/2010 (Media Center Kominfo, 12:30)–Kementerian Pertanian mendata ada 2.907 warga di lereng Merapi yang akan menerima bantuan sosial (bansos) berupa hewan ternak sehat. Mereka adalah warga yang ternaknya mati akibat bencana Gunung Merapi.
“Ternak yang dijual kepada pemerintah akan dibansoskan kepada peternak yang ternaknya mati. Penggantian ternak yang mati dananya diambil dari APBN 2011 Kementerian Pertanian,” kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Ternak Kementerian Pertanian Prabowo dalam konferensi pers di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi Jalan Kenari No 14A Yogyakarta, Rabu (1/12).
Sebelumnya, pemerintah telah menganggarkan Rp100 miliar untuk membeli ternak masih hidup milik warga. Ternak yang sehat akan dibagikan lagi kepada warga yang ternaknya mati. Sedangkan ternak yang sakit, akan disehatkan terlebih dahulu. Jadi, jumlah ternak yang sudah dibeli tidak mencukupi untuk dibagikan, maka pemerintah akan memenuhi kebutuhan ntersebut dari APBN 2011.
Prabowo mengatakan pemerintah telah membentuk struktur organisasi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi yang melibatkan seluruh eselon 1 di lingkungan Kementerian Pertanian. Di lapangan, ada tim rehabilitasi untuk menghitung berapa kerugian petani. Prabowo menegaskan pemerintah tidak akan memberikan ternak sakit kepada penerima bansos. Jika ternak yang dibeli dari warga ada yang sakit, maka akan disembuhkan dulu.
“Jadi tetap ada penyembuhan dulu. Pasca awan panas, sapi perah harusnya diperah menjadi tidak diperah karena petani mengungsi. Kalau tidak diperah inilah yang menyebabkan penyakit mastitis,” jelas Prabowo.
Pemerintah sudah menghitung jumlah anggaran per kabupaten yang harus dikeluarkan dan akan dicairkan hari ini. Hasil pendataan akhir dari tim di lapangan, ternak yang akan dijual sampai hari ini sebanyak 3.881 ekor. Petani akhir-akhir ini sebenarnya menghendaki ternak tidak dijual, karena melihat kondisi Merapi yang mulai membaik. Di samping itu, didata pula 414 ekor ternak yang djual sendiri oleh pemiliknya.
“Kebijakan pemerintah pusat pembelian ternak hidup. Untuk ternak mati akan kita prioritaskan mendapat bansos. Terkait harga ternak, telah ditetapkan dengan keputusan Menteri Pertanian. Ternak potong jantan Rp22.000/kg berat hidup, betina tidak produktif Rp20.000/kg berat hidup, pedhet (anak sapi) Rp2.5-5jt/ekor, ternak dara Rp7jt/ekor, betina bunting Rp9jt/ekor dan sapi perah laktasi (produktif) Rp10jt/ekor,” urainya.
Sementara itu, Idha Cahayati, Ketua Tim Identifikasi Ternak Korban Merapi, dalam kesempatan yang sama, menjelaskan ada tim identifikasi untuk mengidentifikasi ternak di lapangan. Sapi didiagnosa oleh dokter hewan. Kondisi sakit ternak seperti apa, apakah bisa disembuhkan atau tidak atau masih baik. “Dari diagnosa bisa ditentukan harga ternak dan pada dasarnya peternak tidak dirugikan, meski sakit akan dibeli dengan harga sehat,” katanya.
Bentuk identifikasi ada dua, yaitu kondisi akut yang masih bisa diobati dan kronis di ambang mati. Divisi evakuasi akan mencari obat untuk kondisi akut dan kronis jika jaringan pada ternak mati.
Menurut Idha, pendataan sapi perah mudah karena ada kelompok petani. Tidak demikian dengan pendataan ternak yang mati karena awan panas. Butuh surat pernyataan sebagai pakta integritas tentang kebenaran data yang akan ditandatangani oleh pemilik ternak, saksi, aparat desa dan dinas setempat. ”Ini bukan main-main. Tanda tangan di atas meterai. Jika suatu saat data ternyata tidak benar maka petani akan dituntut,” jelas Idha.
Mengenai ternak yang sakit, pemerintah akan menyumbangkannya ke universitas atau perguruan tinggi untuk bahan penelitian.  
_________

Kontak         : Hermana, BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0812 9691864
Kontak         : SelamattaSembiring, BadanInformasiPublikKementerianKominfo
Hp               : 08128334942        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar