Jumat, 03 Desember 2010

No. 116/MC.TDBM/12/2010

No. 116/MC.TDBM/12/2010


STATUS MERAPI JADI SIAGA
Yogyakarta, 03/12/2010 (Media Center Kominfo, 09:00)–Status Gunung Merapi diturunkan dari Awas menjadi Siaga, terhitung sejak Jumat (3/12) pukul 09:00 WIB. Tetapi, potensi bahaya primer, berupa erupsi dan awan panas, masih mengancam ke selatan. Selain itu, potensi lahar hujan sebagai bahaya sekunder, masih sangat mengancam di semua aliran sungai yng berhulu di Merapi.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono dalam siaran pers bersama dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif di Media Center Tanggap Darurat bencana Merapi jalan Kenari No 14 A, Yogyakarta. “Kita merekomendasikan tetap tidak ada kegiatan di kawasan rawan bencana (KRB) 3, yaitu dalam radius 2,5 km. Lebih khusus lagi di wilayah Kecamatan Cangkringan, Ngemplak dan Pakem, karena jelas-jelas awan panas sering masuk daerah itu,” kata Surono.
Mengenai bahaya sekunder, lanjutnya, untuk menghindari bahaya sekunder berupa ancaman banjir lahar, penduduk tidak diperkenankan beraktivitas di sekitar alur sungai. Ancaman bahaya lahar ada di wilayah yang berada pada jarak 300 meter dari bibir semua sungai.
“Bahaya lahar hujan masih berlangsung, bahkan mulai beberapa saat lalu sudah terjadi, karena vulome endapan sekitar 250 juta meter kubik. Jika terjadi hujan lebat dalam waktu lama, bisa terjadi lahar di semua sungai yang berhulu di Merapi yang penuh material erupsi,” kata Surono.
Secara umum, endapan lahar teramati di semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi Kali Woro, Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, Sat, Lamat, Senowo, Tringsing dan Apu.
Ia mengingatkan masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh oleh isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi diminta agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi Merapi dan banjir lahar. “Kami harap pemerintah daerah meneruskan rekomendasi ini,” pinta Surono.
Aktivitas kegempaan Gunung Merapi menurun, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan  gempa vulkanik, tremor dan awan panas tidak terjadi. Sedangkan gempa MP di kubah lava hanya 10 kali, setelah hari sebelumnya terjadi 52 kali.
Hasil pemantauan visual Pukul 00:00-06:00 WIB, cuaca cerah mendominasi visual sepanjang dini hari hingga pagi. Asap solfatara berwarna putih dengan intensitas tebal bertekanan lemah dengan tinggi 500 sampai 700 meter condong ke arah Selatan. Emisi gas yang bau belerang juga sangat drastis menurun tidak terdeteksi, dibanding setelah letusan 5 November yang mancapai  emisi 200-300 kiloton.
“Energi harian dari kegempaan sangat menurun, spektrum tremor dibanding sebelum dan saat letusan besar, dinamikanya menurun ke arah stabil. Kembang kempis gunung dilihat dari pengaruh magma dalam, ternyata hasil beberapa kali pengukuran tidak menunjukkan akan meletus lebih hebat dari letusan-letusan sebelumnya,” papar Surono.
Sementara itu, Syamsul Maarif menegaskan ada dua ancaman dari Merapi, yaitu awan panas dan  lahar dingin. “Kami masih tetap melakukan kegiatan tanggap darurat untuk melayani masyarakat. Kita harus tetap waspada, karena perilaku Merapi ini berbeda, seperti kubah lava yang tidak menutup dan sewaktu-waktu bisa mengancam. Begitu juga daerah-daerah aliran sungai,” tegas Syamsul.

_________
Kontak         : Hermana, BNPB
Telepon       : 0274 – 547 359 (Hotline Media Center)
Hp               : 0812 9691864
Kontak         : SelamattaSembiring, BadanInformasiPublikKementerianKominfo
Hp               : 08128334942        

Audio :


Peta Terbaru :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar